This is Header Alert

Artikel

Memahami Keuangan dan Perbankan Islam. Sederhana dan Mudah.

Muhammad Amir Fiqih 15 Januari 2025
Bagikan ke

Keuangan Islam adalah sistem yang berakar dari ajaran Islam, yang menekankan keadilan, kejujuran, dan kerja sama dalam setiap transaksi. Sistem ini berlandaskan hukum Syariah, yang bersumber dari Al-Quran, serta prinsip-prinsip ekonomi Islam yang memberi perhatian besar pada kebaikan bersama, bukan sekadar keuntungan pribadi.

 

Seperti halnya ketika kita berdagang, kita diajarkan untuk jujur dan adil, agar semua pihak merasa diuntungkan dan tidak ada yang dirugikan. Begitu pula keuangan Islam; hadir untuk menyeimbangkan kepentingan individu dan masyarakat dengan kemaslahatan yang sesuai dengan ajaran agama.

 

1. Dasar Agama dalam Keuangan Islam

Sistem keuangan Islam berbeda dari sistem keuangan konvensional. Setiap kontrak atau transaksi dalam keuangan Islam harus sesuai dengan hukum Syariah. Jika dalam kehidupan sehari-hari, kita tahu ada peraturan lalu lintas yang mengatur jalanan, maka dalam keuangan Islam, Syariah adalah "rambu-rambu" yang harus diikuti untuk memastikan semua berjalan dengan benar dan adil.

 

2. Larangan Bunga (Riba)

Salah satu ciri utama keuangan Islam adalah larangan riba. Dalam Islam, mendapatkan uang dari uang, tanpa ada pertukaran barang atau jasa, itu dilarang. Uang hanyalah alat tukar, bukan sesuatu yang bisa menghasilkan keuntungan dengan sendirinya. Seperti kita meminjamkan sebuah kursi, kita tidak boleh meminta dua kursi sebagai penggantinya. Uang dalam Islam juga diperlakukan demikian: ia tidak boleh bertambah dengan sendirinya.

 

3. Kaitan dengan Aset Riil

Keuangan Islam selalu terkait dengan barang atau jasa nyata. Setiap transaksi harus ada bentuk fisik atau nyata yang dipertukarkan, seperti tanah, gedung, atau barang dagangan. Ini untuk memastikan bahwa uang tidak hanya berputar di antara angka, tetapi ada nilai riil di baliknya.

 

4. Bank sebagai Mitra

Dalam sistem perbankan konvensional, bank meminjamkan uang kepada nasabah dan meminta bunga sebagai balasannya. Namun, di bank syariah, hubungan antara bank dan nasabah adalah seperti mitra. Bank syariah berperan sebagai rekan bisnis yang membantu nasabah untuk menjalankan usahanya. Jika usaha itu berhasil, keuntungan dibagi bersama. Jika gagal, bank juga ikut menanggung kerugiannya.

 

5. Sistem Bagi Hasil

Dalam bank syariah, sistem yang digunakan adalah bagi hasil. Berbeda dengan bank konvensional yang mengandalkan bunga, bank syariah berbagi keuntungan dengan nasabah berdasarkan persentase yang telah disepakati. Jika usaha yang dibiayai berhasil, keuntungan dibagi. Namun jika rugi, bank juga ikut menanggung. Hal ini mendorong rasa tanggung jawab dan keadilan dalam setiap transaksi.

 

6. Seleksi yang Lebih Ketat

Karena bank syariah juga ikut menanggung risiko kerugian, mereka lebih hati-hati dalam memilih proyek atau usaha yang akan didanai. Mereka akan memastikan bahwa usaha tersebut memiliki prospek yang baik dan tidak hanya fokus pada jaminan atau agunan yang dimiliki nasabah. Ini berbeda dengan bank konvensional yang lebih melihat kemampuan nasabah untuk membayar bunga, terlepas dari apakah usahanya berhasil atau tidak.

 

7. Investasi yang Produktif

Islam menganjurkan umatnya untuk berinvestasi dalam usaha yang produktif, bukan hanya menyimpan uang tanpa tujuan. Uang yang disimpan tanpa digunakan tidak akan membawa manfaat. Oleh karena itu, keuangan Islam mendorong nasabah untuk berinvestasi dalam proyek-proyek nyata yang dapat memberikan keuntungan bagi mereka dan masyarakat.

 

8. Menghindari Risiko yang Berlebihan

Dalam keuangan Islam, transaksi yang terlalu berisiko dan spekulatif dilarang. Islam mengajarkan untuk menghindari ketidakpastian yang berlebihan, karena itu dapat merugikan salah satu pihak. Oleh karena itu, setiap transaksi harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan.

 

Dengan memahami prinsip-prinsip ini, kita bisa melihat bahwa keuangan Islam tidak hanya tentang mengelola uang, tetapi juga tentang menjaga nilai-nilai keadilan, etika, dan tanggung jawab sosial. Setiap transaksi diatur dengan prinsip bahwa semua pihak harus mendapatkan manfaat yang adil, dan setiap keputusan diambil berdasarkan pertimbangan yang matang untuk menjaga kebaikan bersama.

#Keuangan
Bagikan ke

Artikel Lainnya