Memahami Amarah, Menahan Diri untuk Menggapai Ridha Ilahi
Setiap kita pasti pernah marah. Amarah, emosi yang menyala, seolah-olah ingin meledak dan meluap. Namun, tahukah kita bahwa Islam mengajarkan seni mengendalikan amarah? Seni yang bukan hanya menahan, tetapi juga mengubahnya menjadi kekuatan yang membawa rahmat.
Marah itu manusiawi, tapi bagaimana kita menyikapinya, itulah yang membuat kita berharga di mata Ilahi. Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Bukhari dan Muslim). Bukan kepalan tangan atau suara lantang yang membuat kita kuat, tapi hati yang mampu menahan gejolak amarah.
Islam mengajarkan bahwa marah bisa baik, tapi bisa juga buruk. Jika kita marah karena kebenaran diinjak-injak, maka itulah amarah yang baik. Tapi jika marah karena ego atau merasa direndahkan, itulah amarah yang harus kita lawan.
Allah pun menyanjung orang-orang yang menahan amarah dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran: 134). Bayangkan, betapa tinggi derajat kita di hadapan Allah jika kita mampu menahan amarah.
Menahan amarah bukan berarti memendam perasaan. Itu berarti kita mengarahkan energi marah menjadi sesuatu yang lebih baik, lebih produktif. Bukan dengan meledak, tapi dengan berdzikir, dengan mengingat Allah. Karena di situlah letak kekuatan sejati—kekuatan untuk memaafkan, untuk memahami, dan untuk terus berjalan di jalan-Nya.
Amarah yang tak terkendali bisa menghancurkan, tapi amarah yang dikelola dengan baik bisa menjadi bahan bakar bagi perbuatan baik. Mari kita belajar dari Rasulullah ﷺ yang tidak pernah marah karena dirinya, tetapi hanya marah jika ada kebenaran yang dilanggar.
Di akhir hari, ketika kita mampu menahan amarah, kita bukan hanya menenangkan hati, tetapi juga menggapai ridha-Nya. Dan bukankah itu yang kita cari? Ridha Allah, kedamaian hati, serta keberkahan hidup.
Ketika amarah datang menyapa, ingatlah firman-Nya, peganglah sabda Nabi-Nya, dan kuatkanlah diri dengan kesabaran. Karena dalam kesabaran itulah kita menemukan kekuatan. [Amir][pict by: Freepik].