Mencari Kesejukan di Tengah Kekacauan
Dalam kehidupan ini, kita sering kali dihadapkan pada tantangan yang membuat emosi kita memuncak. Bagaimana reaksi kita? Apakah kita akan membalas keburukan dengan keburukan? Atau justru kita mampu memberikan sesuatu yang lebih baik?
Bayangkan, ada seseorang yang berusaha memprovokasi kita, mungkin dengan kata-kata kasar atau tindakan yang merendahkan. Mudah saja bagi kita untuk membalasnya dengan kebencian, namun apakah itu akan membawa ketenangan dalam hati kita? Tidak, justru itu akan menambah api dalam bara yang sudah panas.
Sebaliknya, bagaimana jika kita balas dengan kebaikan? Mungkin terdengar naif, tapi inilah inti dari ajaran yang diberikan kepada kita oleh Allah SWT melalui para Nabi.
Allah SWT mengingatkan kita dalam Al-Quran, bahwa “kebaikan dan keburukan itu tidaklah sama.” Sederhana tapi mendalam. Kebaikan selaras dengan alam semesta dan kehendak-Nya, sementara keburukan berasal dari keegoisan yang tidak memiliki fondasi kebenaran. Ketika kita berbuat baik, kita berada dalam harmoni dengan ciptaan-Nya. Namun saat kita terjerumus dalam keburukan, kita tenggelam dalam ilusi yang hanya sementara.
Lalu, bagaimana cara kita membalas keburukan dengan kebaikan? Kita bisa belajar dari kisah Nabi Yusuf AS. Beliau dikhianati oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, dan dipenjara karena fitnah yang kejam. Namun, ketika akhirnya beliau berada di puncak kekuasaan di Mesir, beliau tidak membalas dendam. Sebaliknya, beliau berkata kepada saudara-saudaranya, “Tidak ada balasan buruk bagimu pada hari ini.”
Inilah contoh nyata bagaimana kebaikan mampu mengubah hati yang paling keras sekalipun. Bayangkan, mereka yang tadinya ingin membunuhnya, kini disambut dengan kasih sayang.
Nabi Muhammad SAW juga menunjukkan hal serupa ketika menaklukkan Mekah. Meskipun beliau memiliki kekuatan penuh untuk menghukum orang-orang Quraisy yang telah menyiksanya dan para pengikutnya, beliau memilih untuk memaafkan. “Pergilah, kalian bebas,” kata beliau kepada mereka. Ini bukan sekadar tindakan pengampunan, tapi sebuah ajakan untuk berdamai dan memulai kembali.
Namun, dalam dunia yang semakin kompleks ini, kita sering kali tergoda untuk merespon dengan cara yang sama seperti orang lain memperlakukan kita. Saat kita dihadapkan pada prasangka, kebencian, atau bahkan kekerasan, mudah untuk terpancing. Tapi inilah saatnya kita untuk berpegang teguh pada ajaran Islam, ajaran yang mengajarkan kita untuk membalas dengan sesuatu yang lebih baik.
Jadi, mari kita renungkan. Ketika dunia tampak penuh dengan kekacauan dan kebencian, ingatlah untuk “membalas dengan sesuatu yang lebih baik.” Jadilah seseorang yang mampu melihat kemanusiaan di balik setiap tindakan buruk, yang tidak merendahkan tetapi justru mengangkat. Karena pada akhirnya, kebaikan yang kita tabur akan berbuah kebaikan pula.
Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk tetap berada di jalan kebaikan, meski godaan untuk membalas dengan keburukan begitu kuat. Mari kita menjadi sumber ketenangan di tengah badai, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi-Nabi kita. [Amir][Picture by: Freepik].